Minggu, 16 April 2017

Menangis Karena Tidak Bisa Menangis ketika Membaca Ayat Al-Qur’an




Betapa menghafal Al-Qur’an membuat kesan yang mendalam bagi orang-orang yang dibukakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk mengerti isi kandungannya melalui wasilah mendengarkan penjelasan guru ataupun karena menghafalkannya kemudian mengulang bacaannya sehingga berkesan dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari penghafalnya.
“..dan bahawasanya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.”  (An-Najm : 43)
Menurut Ibnu Qayyim terdapat 10 Jenis Tangisan :
Menangis kerana kasih sayang & kelembutan hati.
Menangis kerana rasa takut.
Menangis kerana cinta.
Menangis kerana gembira.
Menangis kerana menghadapi penderitaan.
Menangis kerana terlalu sedih.
Menangis kerana terasa hina dan lemah.
Menangis untuk mendapat belas kasihan orang.
Menangis kerana mengikut-ikut orang menangis.
Menangis orang munafik yaitu pura-pura menangis.
Mari belajar dari tangisan Rasulullah, Shahabat, Tabi’in ketika mereka membaca Al-Qur’an. Dengan meneladani mereka ketika menghafal Al-Qur’an maka akan terasa betapa nikmatnya menghafal Al-Qur’an. Benar-benar menjadi penghilang penyakit pikiran berupa stres, frustrasi, cemas, gelisah dan sejenisnya. Bahkan Al-Qur’an juga akan menjadi penyakit hati dari bahaya riya, sum’ah, ujub, takabbur, hasad, bakhil dan sebagainya.
Orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah Subhanahu Wata’ala yang tertuang di dalam kitab suci-Nya maka tidak akan ada rasa sedih, khawatir dan tidak pula rasa takut.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman.
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: “….. maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka besedih hati”. (QS. Al-Baqarah: 38)
Penulis mendengar penyampaian ilmu ini dari guru tahfizh sewaktu kultum menjelang setoran hafalan Al-Qur’an. Beliau mulai bercerita dan ceritanya persis sama dengan isi buku Karya Muhammad Syauman berjudul Nikmatnya Menangis bersama Al-Qur’an.
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, menuturkan, “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “ Bacakan (Al-Qur’an) untukku!..” Aku pun bertanya, “Saya membacakan (Al-Qur’an) untuk Anda?” Beliau menjawab, “Aku ingin mendengarnya dari selain diriku.” maka ku bacalah surah An-Nisa, sehingga ketika sampai pada ayat:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاءِ شَهِيدًا
Artinya: “Maka bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu. (QS. An-Nisa: 41)
Beliau berkata, “Cukup!” (dalam riwayat lain berbunyi, “Hentikan bacaanmu.” Ku lihat kedua mata beliau melehkan air mata.
lbnu Bathal berkata, ”Nabi menangis saat dibacakan ayat ini karena beliau membayangkan kengerian hari Kiamat dan beratnya keadaan yang mengharuskan beliau bersaksi atas umat bahwa mereka benar-benar umat beliau. Juga, bahwa beliau akan memintakan syafaat bagi semua yang menunggu (Pengadilan Allah). Semua ini layak untuk membuat tangis beliau berkepanjangan.”
Al-Hafizh llbnu Hajar berpendapat, “Yang jelas, beliau menangis karena beliau mengasihi umatnya.
Beliau tahu bahwa beliau harus bersaksi atas semua amal mereka, padahal terkadang amal mereka tidak lurus; dan itu akan mengantarkan mereka kepada siksa. Wallahu a’lam.
Al-Maraghi menulis, “Lihatlah bagaimana sang saksi agung (Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam) merenungkan kesaksian ini, lantas dia menangis lantaran mengingat hari itu!
Maka apakah kita juga merenungkannya seperti dia? Apakah kita juga bersiap-siap menghadapi kengerian hari itu dengan mengikuti sunahnya dan bersungguh-sungguh menjauhi segala hal yang dilarangnya?…
Bersambung… berikutnya Insyaa Allah tangisan shahabat…, Tabi’in dan umat Islam masa kini.
Mulai sekarang bacalah beberapa ayat, renungi tadabbur maknanya dengan melihat terjemah kemenag dan terjemah per kata. Jika ada hal yang belum paham maka tanyakanlah kepada orang yang mengetahui maknanya yaitu para ulama yang mendalami bidang Al-Qur’an.
Saat membaca Al-Qur’an dijiwai sepenuh hati maka akan sangat terasa kenikmatannya yang luar biasa dan efeknya yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang mencobanya.
Jika belum mampu menangis ketika membaca Al-Qur’an maka menangislah ketika membacanya karena merasa tidak bisa menangis. Tentu dalam hal ini berbeda halnya dengan pura-pura menangis, meskipun ada sebagian ulama menganjurkan pura-pura menangis ketika membaca ayat tentang azab Allah karena berlatih takut dengan azab dan peringatan dari Al-Qur’an. Dengan suara murattal yang indah dan sedih tentu akan sangat nikmat, pikiran dan hati terasa plong dan semakin optimis menjalani kehidupan dunia untuk bekal akhirat.
Semoga Allah memberikan hidayah taufiq kepada kita semua, Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.                       
[09:39, 3/4/2017] +62 858-5576-3360: MERENUNGI KEHADIRAN SANG RAJA

Siapapun bisa jadi akan bangga saat melihat Sang Raja dari dekat, berjabat tangan, bisa melihat senyumnya. Ekspresi kebahagiaan dan suka cita menyambut kehadirannya, Ingin terus berlama-lama berdiri sebagai penghormatan untuknya.
.
Namun pernahkah kita sadari saat kita sedang membaca sholawat, saat kita berada di satu majelis yang membaca maulid Nabi, ketika berada di bacaan Mahalul Qiyam (saatnya berdiri).
Siapakah yang akan hadir kala itu ?
Bagaimanakah ekspresi kita saat itu ?
Kebahagiaan apakah yang bisa kita rasakan?
Mampukah kita bisa lebih bahagia dari kebahagiaan kita saat ini?
.
Duhai, Betapa kotornya hati ini.
Seseorang itu yang tak pernah terlelap matanya kecuali memikirkan kita, seseorang yang telah mengorbankan seganap jiwa dan hartanya hanya untuk kebahagiaan kita, seseorang yang bahkan menjelang ajalnya yang difikirkan hanya nasib kita; "ummati..ummati..." ummatku bagaimana kelak..?
.
Beliau adalah Rasul kita, Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam yang lebih pantas mendapatkan keagungan dan kemuliaan lebih dari manusia manapun.
.
Saudara-saudariku,
Bila kebahagiaanmu hari ini adalah kebahagiaan yang tinggi, Maka spesialkan kebahagiaan tertinggi untuk Nabi-mu. Bila memandangnya kamu bahagia, maka jauh lebih bahagia lagi ketika kita bisa melihat nabi dan nabi pun memandang kita.
.
Bila kita seantusias sekarang, Maka jangan kalah antusias untuk menyambut Nabi harus jauh lebih bahagia dari itu.
.
Tak dapat kita bohongi, terkadang kita lebih bahagia padahal ada yang bisa membuat kita bahagia dunia akhirat. Kadang kita melihat yang baik-baik padahal disana ada manusia yang terbaik hingga akhir zaman.
.
Semoga ini bisa menjadi bahan renungan, khusus untuk saya, anda dan kita semua.
Karena setiap bacaan sholawatmu, beliau langsung menjawabnya. Oleh sebab itu, perbanyaklah bersholawat, khidmatlah ketika pembacaan maulid, agungkanlah kemuliaan itu sebagaimana Allah juga memuliakan kekasih-NYA.

" Dekatnya posisi seorang hamba pada Sang Nabi tergantung bagaimana dia menambatkan hatinya kepada Rasulullah "

Semoga shalawat dan salam tercurahkan selalu kepadamu, duhai kekasih Allah.

Shollu 'alan Nabiy....                        
[05:14, 3/6/2017] +62 858-5576-3360: cara menghancurkan anak paling mudah adalah dengan memanjakannya | memudahkannya dalam semua hal, menyediakan baginya semuanya

mungkin orangtua berpikir "dulu aku boleh susah, anakku jangan sampai sama" | jarang orangtua memahami, proses itu yang utama, bukan hasil

padahal susah itu yang membentuk seseorang, yang membuatnya tahan | sementara kemudahan yang datang sebelum waktunya itu merusak

apalagi kemudahan yang datang tanpa proses yang benar | akan jadi alasan, untuk tidak berjuang, untuk tidak berpayah dalam sesuatu

dan anak-anak kita berubah, jadi manusia yang tak kenal nikmat sejati | yaitu bahagia yang didapat setelah bersusah payah, melebihi batas

dan orangtua sering lupa, bahwa kesulitanlah yang membentuk mereka | bukan dimanja senantiasa, bukan dituruti segala maunya

ajarkan anak-anak kita untuk terbiasa dengan kehidupan | bimbing mereka menjalani prosesnya bukan hasilnya

bahwa tak semua yang mereka inginkan bisa mereka dapatkan | bahwa tak semua kondisi ideal, mereka harus terbiasa diakhirat.

agar mereka mampu berkarya dalam keterbatasan | bersabar saat penantian dan bersyukur saat memiliki

yang terpenting, agar mereka memahami dunia ini bukan tujuan | tapi merekalah yang harus kendalikan dunia agar jadi bekal akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar