Selasa, 31 Oktober 2023

Kurang tawakkal dan kurang sabar dapat menguragi darajat

وقد روى في الفقير الذي أمر صلى الله عليه وسلم عليا كرم الله وجهه وأسامة أن يغسلاه فغسلاه وكفناه ببردته فلما دفنه قال لأصحابه إنه يبعث يوم القيامة ووجهه كالقمر ليلة البدر ولولا خصلة كانت فيه لبعث ووجهه كالشمس الضاحية قلنا وما هي يا رسول الله قال كان صواما قواما كثير الذكر لله تعالى غير أنه كان إذا جاء الشتاء ادخر حلة الصيف لصيفه وإذا جاء الصيف ادخر حلة الشتاء لشتائه الحديث 


Telah diriwayatkan tentang orang faqir, Rasulullah memerintahkan Sayyida Ali KW dan Usamah untuk memandikan lalu mereka berdua memandikan dan mengkafani dengan selimutnya, disaat Rasulullah menguburnya beliau bersabda kepada para sahabat bahwa si faqir akan dibangkitkan dari kubur wajahnya seperti bulan purnama, kalau seandainya bukan karena suatu hal ia akan dibangkitkan wajahnya seperti matahari, apa itu ya Rasulullah tanya para sahabat ? Dia Ahli puasa beribadah malam banyak dzikirnya hanya saja jika musim dingin Dia menyimpan pakaian untuk musim panas, jika masuk musim panas Dia menyimpan pakaian untuk musim dingin Ihya' Ulumiddin Juz 4 hal 270

Selasa, 31 Oktober 2017

"KH Hasyim Asy’ari pun Iri kepada Guru TPQ"
“Aku ingin bertemu Kiai Salam,” kata pendiri Nahdlatul Ulama, Kiai Hasyim Asy’ari.
Dengan penuh takdzim, Kiai Nawawi pun mengantarkan ke salah seorang kiai kampung, sesuai yang diinginkan hadratussyaikh.
Kiai Salam yang bernama lengkap Abdussalam adalah ayahanda dari Kiai Abdullah Salam dan kakek dari Kiai Sahal Mahfudh.
Sesampai di kediaman Kiai Salam, didapati tuan rumah sedang mengajar anak-anak kecil mengaji. Kiai Hasyim serta-merta menahan langkah, menyembunyikan diri dari pandangan Kiai Salam, dan menunggu.
Setelah anak-anak kecil itu menyelesaikan ngajinya, barulah Kiai Hasyim mengucap salam, yang lantas disambut dengan suka-cita luar biasa.
Meninggalkan kediaman Kiai Salam, Kiai Hasyim kelihatan ngungun, sedih dan nelangsa. Air matanya mengambang.
“Ada apa, Kiai?” Kiai Nawawi keheranan.
Kiai Hasyim mengendalikan tangisnya, menghela napas dalam-dalam.
“Aku punya cita-cita sudah sejak sangat lama tapi sampai sekarang belum mampu melaksanakan. Kiai Salam malah sudah istiqomah. Aku iri…” kata Rais Akbar NU tersebut.
“Cita-cita apa, Kiai?”
“Ta’limush shibyaan…” (mengajar anak-anak kecil).
----
Jadi teringat pengalaman saat sowan ke Kiai Jamal beberapa tahun berselang.
“Sekarang kegiatan sampean apa?” Tanya KH M Djamaluddin Ahmad kepada alumni Pesantren Tambakberas saat sowan.
“Bisnis kiai, buka konter hape,” ungkap sang santri dengan menunduk.
“Rumiyin kulo mulang TPQ, tapi naliko sampun buka konter, kulo prei mboten mulang dateng TPQ maleh,” lanjutnya.
Kiai Jamal, diam sejenak. Dengan agak berat, pengampu pengajian Kitab Hikam ini mengingatkan bahwa mengajar di TPQ adalah khidmat terbaik dalam hidup.
“Kamu mengajarkan anak TPQ bacaan basmalah dan alfatihah, maka pahala yang kamu terima akan terus mengalir,” katanya.
Ketika santri TPQ yang kamu didik membaca basmalah saat hendak makan, belajar dan kegiatan apapun, maka kamu juga akan memperoleh pahalanya, lanjutnya.
Belum lagi saat santri TPQ itu bisa membaca al-fatihah dari shalat yang dikerjakan. “Berapa pahala yang kamu terima dari mengajarkan surat al-fatihah tersebut?” kata salah seorang Majelis Pengasuh PP Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang ini.
“Hidup itu jangan hanya memburu gengsi, apalagi kalian adalah santri Tambakberas” katanya.
---
Menjadi ustadz dan ustadzah TPQ mungkin dianggap sebagai “profesi” yang tidak menjanjikan. Bahkan kalah mentereng dengan jabatan lain yang bergelimang uang maupun prestise.
Tapi sekelas Mbah Hasyim saja demikian iri kepada para guru TPQ. Beliau sesengukan berlinang air mata lantaran belum mampu seistiqomah Kiai Salam dan tentu saja para ustadzah-ustadzah TPQ.
Mari kita hadiahkan surat alfatihah kepada KH Hasyim Asya’ri dan doa untuk kebaikan KH Djamaluddin Ahmad."

Selasa, 15 Agustus 2017

EKSPRESI ORANG TUA DI ALAM KUBUR KETIKA DI ZIARAHI ATAU DI DOAKAN ANAKNYA

EKSPRESI ORANG TUA DI ALAM KUBUR KETIKA DI ZIARAHI ATAU DI DOAKAN ANAKNYA

Dalam penjelasan kitab al-Ruh, karya Syaikh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah,
Apa yang terjadi kepada orang tua ketika Anda berziarah ke makam mereka atau ketika Anda mendoakan mereka?

Syaikh Muhammad al-Syanqithi, berkata: “Semoga Allah mengampuni keluarga kita yang telah meninggal dunia dan kaum Muslimin yang telah meninggal dunia. Aku tidak mampu menahan tangis melihat betapa perlunya ahli kubur kepada kita. Aku terkesan dan aku ingin semuanya mengetahui hal ini.

Utsman bin Sawad, ulama Salaf, bercerita tentang ibunya, seorang wanita yang ahli ibadah. Ketika ibunya akan meninggal dunia, ia mengangkat pandangannya ke langit dan berkata: “Wahai tabunganku, wahai simpananku, wahai Tuhan yang selalu menjadi sandaranku alam hidupku dan setelah kematianku, jangan Engkau abaikan diriku ketika mati, jangan biarkan aku kesepian dalam kuburku.” Kemudian ia meninggal dunia.

Aku selalu berziarah ke makamnya setiap hari Jum’at. Aku berdoa untuknya, dan memohonkan ampun baginya dan semua ahli kubur di situ. Pada suatu malam aku bermimpi berjumpa dengan ibuku.

Aku berkata: “Wahai ibuku, bagaimana keadanmu?”

Ia menjawab: “Wahai anakku, sesungguhnya kematian itu adalah kesusahan yang dahsyat. Aku alhamdulillah ada di alam barzakh yang terpuji. Ranjangnya harum, dan bantalnya terdiri tenunan kain sutera.”

Aku berkata: “Apakah Ibu ada keperluan kepadaku?”

Ia menjawab: “Iya. Jangan kamu tinggalkan ziarah yang kamu lakukan kepada kami. Sungguh aku sangat senang dengan kedatanganmu pada hari Jum’at ketika berangkat dari keluargamu. Orang-orang akan berkata kepadaku: “Ini anakmu sudah datang.” Lalu aku merasa senang, dan orang-orang mati yang ada di sekitarku juga senang.”

Basysyar bin Ghalib, Ulama Salaf pula, berkata: “ Aku bermimpi Robiah al-Adawiyah dalam tidurku. Aku memang selalu mendoakannya. Dalam mimpi itu ia berkata kepadaku: “Wahai Basysyar, hadiah-hadiahmu selalu sampai kepada kami di atas piring dari cahaya, ditutupi dengan sapu tangan sutera.”

Aku berkata: “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”

Ia menjawab: “Begitulah doa orang-orang yang masih hidup. Apabila mereka mendoakan orang-orang yang sudah mati dan doa itu dikabulkan, maka doa itu diletakkan di atas piring dari cahaya dan ditutupi dengan sapu tangan sutera. Lalu hadiah itu diberikan kepada orang mati yang didoakan itu. Lalu dikatakan kepadanya: “Terimalah, ini hadiah si anu kepadamu.”

Seberapa sering kita berziarah ke makam orang tua, keluarga dan guru kita yang telah meninggal dunia?

Seberapa banyak kita mendoakan mereka dalam waktu-waktu kita beribadah??

Ziarah dan doa kita sangat penting bagi mereka.

Semoga bermanfaat.

رب اجعلنی مقيم الصلاة ومن ذريتی ربنا وتقبل دعاء ربنا اغفرلی ولوالدي وللمؤمنين يوم يقوم الحساب

FILOSOFI JAWA

FILOSOFI JAWA

Filosofi bilangan dalam jawa. Dalam bahasa Indonesia :
21 Dua Puluh Satu,
22 Dua Puluh Dua,...s/d
29 Dua Puluh Sembilan.
Dalam bhs Jawa tidak diberi nama Rongpuluh Siji,
Rongpuluh Loro, dst; melainkan
Selikur, Rolikur,...s/d Songo Likur.

Di sini terdapat satuan LIKUR
Yang merupakan kependekan dari (LIngguh KURsi), artinya duduk di kursi.
Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “TEMPAT DUDUKNYA”, pekerjaannya, profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya;

Ada penyimpangan pada bilangan 25, tidak disebut sebagai LIMANG LIKUR, melainkan SELAWE.

SELAWE = (SEneng-senenge LAnang lan WEdok).
Puncak asmaranya laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan.
Maka pada usia tersebut pada umumnya orang menikah (dadi manten).

Ada penyimpangan lagi nanti pada bilangan 50.
Setelah Sepuluh, Rongpuluh,
Telung Puluh, Patang puluh,
mestinya Limang Puluh.
Tapi 50 diucapkan menjadi SEKET.
SEKET (SEneng KEthonan : suka memakai Kethu/tutup kepala topi/kopiah). Tanda Usia semakin lanjut, tutup kepala bisa utk menutup botak atau rambut yg memutih karena semirnya habis...
Di sisi lain bisa juga Kopiah atau tutup kepala melambangkan orang yang seharusnya sdh lebih taat beribadah...!
Pada usia 50 th mestinya seseorang seharusnya lebih memperbanyak ibadahnya dan lebih berbagi untuk bekal memasuki kehidupan akherat yg kekal dan abadi...!.

Dan kemudian masih ada satu bilangan lagi, yaitu 60, yang namanya menyimpang dari pola, bukan Enem Puluh melainkan SEWIDAK atau SUWIDAK.
SEWIDAK (SEjatine WIs wayahe tinDAK).
Artinya : sesungguhnya sudah saatnya pergi. Sudah matang...
Hrs sdh siap dipanggil menghadap Tuhan..

Semoga bermanfaat smoga tetap sehat semangat walau meh SWIDAK

*yg merasa sewidak punjuL tidak boleh complain.... sambiL nutup kamus bahasa jawa.....yang gak bs bahasa jawa jangan nangis....

#--ELING lan WASPODO--#

Mukjizat Al Qur'an dalam berbagai aspeknya

MUKJIZAT AL QUR’AN
DALAM BERBAGAI ASPEKNYA

Oleh : Abdurahman
 (IAI Al-Qolam Gondanglegi Malang)






Phoenix basically is not owned by Muhammad., But also the prophets and messengers of Allah before, of course, for the benefit of the same which is to prove the truth of the prophetic and apostolic respectively to the opponents.
With the miracle, God reminds us that the apostles are messengers who had the support and help of heaven. Phoenix has been given to the Prophets have the same function, which is to play its role and fortify themselves from the brilliance of his people also to prove that the power of God is above everything.
 Guidance and direction given in a community should be related to their knowledge because God will not direct a people on things they do not know. The goal is for the guidance and direction of God means. Therein lies the miracle that was given to the Prophet.

holy book the Koran in fact delivered by God. to people not only to be a source of teaching, but also to be a proof of prophethood Muhammad. The truth in question is to challenge those who reject proselytizing, preaching. Evidence of that truth in the study of the Koran called the miracle of the Qur'an.
The concept of the miracle of the Qur'an, which was introduced by scholars revolves around three aspects, namely the beauty and precision of the wording, known as al-i'jaz al-Bayani, news-reporting supernatural aspect termed al-i'jaz al-Akhbari , and scientific aspects of the signal, known as al-i'jaz al-'Ilm

Keywords: Miracles of the Qur'an in its aspects



l


A. Pendahuluan
           Manusia seperti halnya makhluk yang lain, berada dalam pemeliharaan Allah sejak kelahiran hingga kematiannya, setiap makhluk di bimbing oleh suatu sistem khusus menuju suatu tujuan yang telah di tentukan dan memperoleh perhatian penuh kasih sayang yang di butuhkan setiap saat
         Semua perbuatan buruk yang terjadi dalam masyarakat manuasia ternyata bersumber dari manusianya sendiri yang mempunyai akal dan kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Akibat egoisme, kerakusan, dan hawa nafsu, akhirnya mereka tersesat. Oleh karena itu Allah mesti menyeru dan membimbing manusia menuju kebahagiaan dengan cara lain, yang tidak bisa di kalahkan oleh hawa nafsu dan yang tak pernah keliru dalam memberi petunjuk. Allah mengajarkan perintah-perintah-Nya kepada hamba-hamba pillihan melalui wahyu, dan menugaskan meerka untuk  menindak lanjuti perintah-perintah itu kepada umat manusia, mengajak mereka untuk mengikuti dengan mengembankan rasa takut, dorongan dan ancaman[1] 
Misi para Nabi atau rasul terdahulu terbatas pada daerah tertentu dan waktu tertentu , mukjizat-mukjizat mereka bersifat temporal, lokal dan material.[2] Berdasarkan kisah-kisah yang di angkat al- Qur’an, as-Suyutthi membagi mukjizat para nabi dan rosul pada dua kelompok besar : mukjizat hissiyah ( sesuatu yang dapat di tanggkap pancaindera), dan ‘aqliyah (sesuatu yang hanya dapat di tangkap nalar manusia). Mukjizat hissiyah di perkenalkan oleh nabi yang berhadapan dengan umat terdahulu, seperti Nabi Musa dengan tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular,[3] karena tingkat kemampuan akalnya yang rendah serta minimnya kekuatan pandangan nalar Bani Israil pada waktu Musâ diutus kepada mereka[4] untuk membungkam para penyihir yang di anggap ilmu pamungkas dan menjadi kebanggaannya, Nabi Isa diantaranya di karuniai mukjizat dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir dan penyakit sopak, serta dapat menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal dengan izin Allah.[5] Mukjizat-mukjizat itu hanya dapat diperlihatkan kepada umat tertentu dan masa tertentu[6] berbeda dengan para nabi dan rasul terdahulu, Muhammad diutus untuk seluruh umat manusia, di mana dan kapanpun hingga akhir zaman. Karena itu mukjizat beliau bersifat  ‘aqliyyah karena mereka mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dan kemampuan kognisi yang sempurna.[7] tantangan terhadap daya nalar  tidak bersifat lokal, temporal dan material, tetapi bersifat universal, kekal dan dapat dipikirkan dan dibuktikan kebenarannya oleh akal manusia.
B. Pengertian Mukjizat      
Kata mukjizat diambil dari bahsa arab a’jaza yu’jizu i’jaz yang berati melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mukjiz dan pihak yang mampu melemahkan pihak lain sehingga mampu membungkam lawan, maka ia dinamakan mukjizat. Tambahan ta’ marbuthoh pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghoh (superlatif).[8]
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai suatu hal yang luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku sebagai nabi, sebagai bukti kenabiannya yang di tentangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa namun meraka tidak mampu melayani tantangan itu.[9]
          Beberapa aspek kemukjizatan al-Qur’an sampai saat ini tidak ada kesepakatan ulama dalam menetapkan aspek-aspek kemukjizatan al-Qur’an. Namun demikian, di antara aspek-aspek yang di temukan dan kemukjizatan al-Qur’an dapat diklasifikasikan ke dalam tiga hal, yaitu aspek kebahasaan, berita ghoib, dan isyarat ilmiah
1.   Aspek Kebahasaan
      Gaya bahasa yang digunakan Al-Quran berbeda dengan gaya bahasa yang digunakan oleh orang-orang Arab, gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu kagum dan terpesona. Walaupun Al-Quran menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya, namun kalimat demi kalimat mengandung unsur sastra yang sangat baik, namun tetap mudah dipahami tanpa mengurangi sedikitpun kandungan misteri di dalamnya. Hal tersebut karena keistimewaan aspek gaya bahasa yang digunakan oleh Al-Quran.
Bahkan, Umar bin Khaththab pun yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur’an. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun.[10] Menurut Muhammad ‘Abdullah Darraz, jika di perhatikan secara seksama dalam al-Qur’an banyak terdapat rahasia kemukjizatannya dari segi bahasa. Hal itu terlihat dari keteraturan bunyinya yang indah melalui nada-nada hurufnya, [11]pada dasarnya, bunyi-bunyi bahasa terbagi menjadi dua jenis: konsonan dan vokal. Konsonan adalah bunyi bahasa yang di hasilkan dengan menghambat aliran udara di salah satu tempat dalam saluran suara di atas glottis (misalnya: b, c dan d). Vokal adalah bunyi bahasayang dihasilkan dengan getaran pita suara, dan tanpa penyempitan dalam saluran suara di atas glottis (misalnya: a,  i, u, e, o)[12] dalam literatur Arab konsonan (showamit) terbagi tujuh bagian.
a.  Plosif (showamit infijaryah), yaitu bunyi bahsa yang di haasilkan dengan penutupan pita suara yang di belakangnya udara terkumpul kelompok ini adalah ba, ta, tho, , dhod, kaf, dan qof,
b. Nasal (showamit anfiyah), yaitu bunyi suara yang di hasilkan dengan mengeluarkan udara melalui hidung. Huruf-huruf yang termasuk kelompok ini adalah mim dan wau .
c.  Lateral (showamit munharifah) yaitu bunyi bahasa yang di hasilkan dengan penutupan sebagian lidah. Huruf yang masuk kelompok ini adalah lam
d. Getar (showamit muharroroh), yaitu bunyi bahasa yang di hasilkan dengan arti kulator yang brgetar secara cepat. Huruf yang termasuk dalam kelompok ini adalah ro
e.  Frikatif (showamit ihtikakiyah), yaitu bunyi bahasa yang di hasilkan dengan penyempitan tempat keluar udara sehingga terjadi pergeseran . huruf-huruf yang masuk kelompok ini adalah fa, tsa, sin, shod, zay, ghin, dan ‘ain.
f.  Plosive frikatif (showamit infijariyyahifitikakiyah), yaitu bunyi bahasa yang di hasilkan dengan prosesperpaduan antara plosif dan frikatif . huruf yang masuk kelompok ini adalah jim.
g. Semivokal ( asybah as-shouwt), yaitu bunyi bahasa yang memiliki ciri vokalmaupun konsonan, mempunyai sedikit geseran, dan tidak munculsebagi inti sukukata. Huruf-huruf yang termasuk kelompok ini adalah wau dan ya’ [13]

2.  Aspek Berita Ghaib
a. Berita gaib masa lampau
Salah satu kekuatan al-Qur’an yang sekaligus menjadi mukjizatnya adalah pemaparan kisah-kisah lama yang sudah tidak hidup lagi dalam cerita-cerita Arab saat itu, dan tidak mungkin akan ditemukan secara keseluruhan dalam kajian-kajian kesejarahan.[14]
Informasi al-Qur’an tentang kejadian masa lampau cukup banyak, yang semuanya akan menunjukkan betapa mustahilnya ilmu tersebut berasal dari diri Muhammad sendiri. Dan berikut ini beberapa contoh dari kisah-kisah tersebut:
1.      Kisah Nabi Nuh as.
Keterangan ini ditegaskan dalam QS. Hu>d/11: 49.
تِلْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ مَا كُنْتَ          تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلَا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ ...
Terjemahnya:
Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), tidak pernah kamu mengetahuinya, dan tidak pula kaummu sebelum ini.[15]
Ayat ini diturunkan dalam konteks pemberitaan kisah Nabi Nuh dan para pengikutnya yang menyelamatkan diri dari musibah banjir besar sebagai cobaan bagi para penantang dakwahnya. Al-Qur’an juga mengisahkan nabi-nabi lain, seperti Nabi Ibrahim, Ismail, Luth, Ya‘qub, Musa, Harun, dan nabi lainnya, yang semuanya sulit diketahui umat manusia tanpa wahyu.
Rangkaian-rangkaian kisah dalam al-Qur’an diungkapkan untuk menguraikan ajaran-ajaran keagamaan, sekaligus menjadi pelajaran-pelajaran bagi umat dalam banyak hal. Penelitian antropologi misalnya sangat terbantu oleh narasi kisah Nabi Nuh. Umar Anggara menyimpulkan bahwa berdasarkan tradisi-tradisi kisah Yahudi dan diperkuat hadis Nabi, keragaman etnis umat manusia di dunia bermula dari keturunan Nabi Nuh yang memiliki empat orang anak, yaitu Sam, Ham, Yafat dan Kan‘an. Kan‘an merupakan salah satu anaknya yang menentang kenabian ayahnya sehingga terazab banjir besar. Namun dia mempunyai keturunan yang selamat.[16] Sam, anak pertama Nabi Nuh, melahirkan keturunan yang kemudian menjadi bangsa Arab dan Persia. Ham adalah nenek moyang orang Afrika. Yafat adalah asal bangsa Arya yang kemudian melahirkan bangsa Eropa dan Asia Tengah. Sedang Kan’an melahirkan bangsa Phinisia, namun dibasmi dan diserap oleh Israil. Sebab itulah, bangsa-bangsa Timur Tengah sering disebut bangsa Samit atau Semit, bangsa Afrika biasa disebutHamit. Sedang Eropa banyak yang membangsakan dirinya sebagai bangsa Arya. Inilah rekonstruksi yang didasarkan pada kisah-kisah dalam tradisi Yahudi dan Sunnah Nabi.[17]
2.      Kaum  ‘A<d dan S|amu>d serta kehancuran kota Iram
Kaum ‘Ad dan S|amud yang kepada mereka diutus Nabi Shaleh dan Nabi Hud, cukup banyak dibicarakan oleh al-Qur’an. Ungkapan al-Qur’an tentang kedua kaum ini adalah berkisar pada segi kemampuan dan kekuatan mereka, maupun kedurhakaan, kesesatan dan pembangkangan mereka kepada Allah swt. dan utusan-Nya.[18] Al-Qur’an juga menceritakan bagaimana pada akhirnya kedua kaum tersebut dihancurkan oleh Allah dengan gempa bumi dan angit ribut yang sangat dingin lagi kencang. Hal ini sebagaimana dilukiskan oleh QS. al-H{a>qqah/69: 4-7. sebagai berikut:
كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ . فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ . وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ . سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ .
Terjemahnya:
Kaum ‘Ad dan S|amud telah mendustakan hari kiamat. Adapun S|amud, mereka telah dibinasakan dengan kejadian luar biasa (petir dan suaranya yang menghancurkan), sedangkan kaum Ad telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi kencang. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari secara terus menerus, maka kamu lihat kaum Ad ketika itu, mati bergelimpangan bagaikan tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).[19]
Adapun peradaban kota Iram yang diungkap al-Qur’an termasuk peradaban yang sangat sukar dibuktikan dengan penelitian sejarah, karena pelacakan data, kecuali melalui penelitian-penelitian arkeologis yang sangat mahal. Kota Iram yang diungkapkan oleh QS. al-Fajr/89: 6-8:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ . إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ . الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ.
Terjemahnya:
   Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad. (Yaitu) penduduk kota Iram yang memiliki bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain.[20]
Ada yang meragukan informasi al-Qur’an ini. Tetapi sedikit demi sedikit bukti-bukti kebenarannya terungkap. Pertama kali ketika informasi al-Qur’an da riwayat-riwayat yang diterima diverifikasi dengan hasil-hasil penelitian arkeologi. Pada tahap ini yang ditemukan adalah adanya bukti-bukti arkeologi tentang terjadinya gempa dan angin ribut, seperti yang diuraikan oleh al-Qur’an. Masa itu diperkirakan merupakan masa hidupnya kaum-kaum yang dihancurkan Tuhan, serta di tempat yang diisyaratkan oleh kitab-kitab suci, seperti Lembah Yordania, Pantai Laut Merah, serta Arab Selatan.[21]
Tentu saja penjelasan ini belum memuaskan semua pihak. Tetapi dari hari ke hari bukti semakin jelas dan kini tidak ada alasan lagi untuk menolak informasi al-Qur’an. Bahwa pada tahun 1834 ditemukan—di dalam tanah yang berlokasi di Hisn al-Gurab dekata kota Aden di Yaman—sebuah naskah bertuliskan aksara Arab lama (Hymarite) yang menunjukkan nama Nabi Hud. Dalam naskah itu antara lain tertulis, “Kami memerintah dengan menggunakan hukum Hud”. Selanjutnya pada tahun 1964-1969 dilakukan penggalian arkeologis, dan dari hasil analisis pada tahun 1980 ditemukan informasi dari salah satu lempeng tentang adanya kota yang disebut “Shamutu, ‘A<d, dan Iram”. Prof. Pettinato mengidentifikasikan nama-nama tersebut dengan nama-nama yang disebut pada surah al-Fajr di atas.[22]
Melalui penelitian yang sangat mahal, kota Iram yan disebutkan al-Qur’an itu dapat ditemukan kembali pada Februari 1992 di sebuah gurun di Arabia Selatan, pada kedalaman 183 meter di bawah permukaan pasir. Kota tersebut menurut Umar Anggara ditemukan Tim Peneliti yang dipimpin Nichilas Clapp dari California Institute of Technology Jet Propulsion (CIT-JTL). Dia mengawali penelitiannya dengan menyimak legenda-legenda Arab tentang kota tua Ubhar. Dengan bantuan pesawat ulang-alik Challenger yang memiliki sistem Satellit Imaging Radar (SIR), dan satelit Prancis dengan sistem penginderaan optik, Clapp mampu mendeteksi permukaan bawah gurun di Arabia Selatan. Pada kedalaman 183 meter dia menemukan keajaiban besar, sebuah bangunan segi delapan, dengan dinding-dinding dan menara yang mencapai ketinggian 9 meter. Diperkirakan, gedung tersebut mampu menampung sebanyak 150 orang. Di samping itu, dia juga menemukan situs  perjalanan kafilah beratus-ratus kilometer. Dengan demikian, dia menyimpulkan, bahwa bangunan tua tersebut merupakan bagian dari kota Iram, pusat kegiatan dakwah Nabi Hud, cucu Nabi Nuh, dan merupakan peninggalan historis dari kaum ‘A<d, yang tetap hidup dalam legenda Arab berupa legenda kora Ubhar. Kini bangsa Arab sendiri meyakini bahwa Ubhar dan Iram adalah dua nama untuk subjek yang sama.[23]
3.Tenggelam dan selamatnya Jasad Fir‘aun Ditemukan sekitar 30 kali Allah swt. menguraikan kisah Musa dan Fir‘aun dalam al-Qur’an, yaitu kisah yang tidak diketahui masyarakat ketika itu kecuali melalui kitab Perjanjian Lama. Akan tetapi menjadi suatu hal yang menakjubkan bahwa Nabi saw.—melalui al-Qur’an—telah mengungkap suatu rincian yang sama sekali tidak diungkap oleh satu kitab pun sebelumnya, bahkan tidak diketahui kecuali yang hidup pada masa terjadinya peristiwa tersebut, yaitu pada abad XII SM.
Dalam al-Qur’an, kisah Fir‘aun misalya diungkapkan oleh QS. Yu>nus/10: 90-92:
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ . آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ . فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ.
Terjemahnya:
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut. Mereka pun diikuti Fir‘aun dan tentaranya, karena mereka hendak menganiaya dan menindas (Bani Israil). Ketika Fir‘aun telah hampir tenggelam berkatalah ia, “Saya percaya bahwa tiada tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri”. (Allah menyambut ucapan Fir‘aun ini dengan berfirman), “Apakah sekarang (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Hari ini kami selamatkan badanmu, supaya kamu menjadi pelajaran bagi (generasi) yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.[24]
Konteks pembicaraan mukjizat dalam ayat di atas, yaitu “hari ini Kami selamatkan badanmu, agar engkau menjadi pelajaran bagi generasi sesudahmu”. Tentang tenggelamnya Fir‘aun di Laut Merah ketika mengejar Musa dan kaumnya, sudah diketahui. Tetapi menyangkut keselamatan badannya dan menjadi pelajaran bagi generasi sesudahnya merupakan satu hal yang tidak diketahui siapa pun pada masa Nabi Muhammad saw. bahkan tidak disinggung oleh Perjanjian Lama.[25]
b. Berita gaib masa datang
Di samping menyangkut peristiwa-peristiwa silam lewat kisah-kisah, al-Qur’an juga mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang aka terjadi, baik di dunia, maupun di akhirat nanti. Peristiwa-peristiwa yang digambarkan al-Qur’an akan terjadi, dan beberapa telah terbukti dalam sejarah. Berikut ini beberapa contohnya:
1.      Kemenangan umat Islam atas Quraisy Informasi akan datangnya kemenangan umat Islam atas kaum Quraisy digambarkan oleh QS. al-Qamar/54: 45:
سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ
Terjemahnya:
“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”[26] Melalui ayat ini, Allah menginformasikan kepada Muhammad saw. bahwa kaum musyrikin Quraisy akan dapat ia kalahkan. Ayat ini diturunkan pada masa Rasulullah saw. masih tinggal di kota Mekkah. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 8 Hijriah mereka dikalahkan secara total dalam peristiwa Fath Makkah.[27]
2.      Kemenangan Romawi setelah kekalahannya dan kemenangan umat Islam Informasi terkait kemenangan bangsa Romawi dan sekaligus kemenangan umat Islam, dinyatakan oleh QS. al-Ru>m/30: 1-5:
الم . غُلِبَتِ الرُّومُ . فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ . فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ . بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ.
Terjemahnya:
Alif La>m Mi>m. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat, dan mereka setelah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun (antara tiga sampai 9 tahun). Bagi Allah ketetapan  urusan sebelum dan sesudah (mereka menang), dan di hari (kemenangan) itu orang-orang mukmin bergembira, karena pertolongan Allah. Allah menolong siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia Maha Perkasa, lagi Maha Penyayang.[28]

Dalam kaitan ayat ini, al-Zarqani menjelaskan bahwa pada tahun 614 M.—kurang lebih tiga tahun setelah kerasulan Muhammad—kerajaan Romawi Timur dikalahkan kerajaan Persia dalam pertempuran besar, yang populer sebagai peperangan T}ahi>hah. Kekalahan tersebut merupakan salah satu tragedi besar bagi kehidupan umat beragama, karena bangsa Romawi adalah penganut agama Samawi penerus ajaran Musa dan Isa, sedangkan bangsa Persia adalah penganut Majusi. Sebab itu, dalam menanggapi kekalahan ini, orang-orang Quraisy mencemooh kegiatan dakwah Muhammad, bahwa para penganut agama Samawi telah terkalahkan oleh penganut Majusi. Kini Muhammad, dengan kitab yang dibawanya, hendak mengalahkan orang Quraisy. Bagaimana mungkin keinginan tersebut bisa terwujud, yang akan terjadi justru orang-orang Quraisy akan mengalahkan mereka, sebagaimana penganut Majusi mengalahkan mereka.[29]
Kekecewaan umat Muslim akibat kekalahan tersebut yang diperparah dengan ejekan, menjadi latar diturunkannya ayat-ayat tersebut di atas untuk mengobati kekecewaan umat Muslim. Ayat-ayat tersebut pada dasarnya hendak menghibur umat Muslim dengan dua hal. Pertama, Romawi akan menang atas Persia pada tenggang waktu yang diistilahkan al-Qur’an dengan بضع سنين yang diterjemahkan dengan “beberapa tahun”. Kedua, saat kemenangan itu tiba, kaum Muslim akan bergembira, bukan saja dengan kemenangan Romawi, tetapi juga dengan kemenangan yang dianugerahkan Allah kepada mereka. Lantas benarkah informasi tersebut?
     Sebelumnya, perlu dijelaskan bahwa kata بضع dalam kamus-kamus bahasa Arab, berarti “angka antara tiga dan sembilan”. Ini berati al-Qur’an menegaskan bahwa akan terjadi lagi peperangan antara bangsa Romawi dan Persia dan dalam tempo tersebut Romawi akan memenangkan peperangan. Terkait hal ini, perlu diingat bahwa informasi ini disampaikan pada saat kekalahan sedang menimpa romawi. Sehingga menetapkan angka pasti bagi kemenangan suatu kaum pada saat kekalahannya adalah suatu yang sangat tidak mungkin disampaikan kecuali oleh yang Maha Mengetahui. Karena ternyata bahwa informasi tersebut akhirnya terbukti kebenarannya. Informasi historis menyatakan bahwa tujuh tahun setelah kekalahan Romawi—tepatnya pada tahun 622 M.—terjadi lagi peperangan antara kedua adikuasa tersebut, dan kali ini pemenangnya adalah Romawi.[30] 
3. Aspek Isyarat Ilmiyah
Aspek lain dari kemukjizatan al-Qur’an adalah banyaknya iayarat ilmiyah yang di kemukakan di dalamnya yang kesemuanya belum di ketahui manusia kecuali pada abad-abad bahkn tahun-tahun terakhir ini. Nabi Muhammad yang ummi tentu saja tidak akan mengetahuinya jika tidak di beri wahyu oleh Allah yang Maha Mengetahui.[31]
Isyarat-isyarat ilmiyah itu dapat di lihat dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan misalnya;
A.    Astronomi
a.    Penciptaan Alam ”teori big bang ”
Berdasarkan teori big bang alam semesta tercipta dari kumpulan gas yang disebut ‘primary nebula’ kemudian terpecah dan menjadi bintang-bintang,planet-planet, matahari,bulan dll Al-Anbiyaa’[21]:30
’dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?[32]
ratq’ berarti perpaduan beberapa unsur untuk dijadikan suatu kumpulan yang homogen. ‘fatq’ berarti memisahkan.
b.   Lapisan gas sebelum penciptaan galaksi
Ilmuan setuju bahwa sebelum galaksi dialam terbentuk terdapat materi-materi gas atau ’stratum (lapisan) gas’ kemudian mengalami tahap pengerasan yang menjadi galaksi-galaksi di alam.
Kumpulan materi-materi gas yang sebelum mengalami tahap pengerasan itu lebih tepat disebut’asap’.
Fushshilat [41]:11
kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati’ [33]
Dukhan” itu berarti asap
c.       Bentuk bulat bumi bulat telor (geospherical)
Pada abad-abad awal orang beranggapan bahwa bumi datar, sehingga orang takut berjalan terlalu jauh terjatuh kejurang yang dalam. Kemudian ’Sir Francis Drake’ pada tahun 1597 yang menyatakan bumi berbentuk Geospherical (bulat telur) ketika dia menjelajahinya. Luqman[31]:29
tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan[34]
Az-Zumar[39]:5
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.[35]
Kawwara’ berarti menggulung. Dahulu kata ’Kawara’digunakan dalam arti menggulung serban dikepala.
Seandainya bumi datar tidak mungkin terjadi penggulungan(yukawwir) malam terhadap siang atau sebaliknya secara perlahan, perubahannya akan terjadi secara mendadak.
An-Naazi’aat [79]:30 [36]
dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.(dahaha)’
dahaaha’ berakar dari kata ‘huya’ yang menunjuk pada arti telur, tapi bukan sembarang telur, yaitu telur burung unta.
d.      Sinar Bulan pantulan dan sinar matahari dari dirinya
Sinar Bulan adalah pantulan sedangkan sinar Matahari bersumber dari dirinya sendiri. Pada abad-abad peradaban awal bulan dipercayai memiliki sinar dari dirinya sendiri. Sekarang ilmu pengetahuan menyatakan sinar bulan bukan dari dirinya sendiri tapi pantulan sinar matahari.
Al-Furqaan[25]:61
Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.[37]
Nuh[71]:15
16. dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?[38]
Yunus[10]:5
5. Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.[39]
Ayat-ayat diatas menunjukan bahwa kata ’qamar’ yang berarti bulan ditunjuk dengan nur yang berarti sinar pantulan dan munir yang berarti meminjam cahaya, sedangkan syams yang berarti matahari dengan siraj yang berarti obor / pelita,wahhaj yang berarti lampu yang sangat kuat, dan diya berarti cahaya. Tidak ada satu ayat pun didalam Al-Qur’an yang mensifati bulan dengan diya’ atau siraj atau matahari dengan nur.
e.       Bintang-bintang (’Nujum’) & planet-planet (’Kawakib’)
Bintang bahasa arabnya ’Najm’ yang disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 13 kali, kata jamaknya ’Nujum’ akar kata yang berarti nampak. Bintang pada waktu malam diberi sifat oleh Qur’an dengan kata ’tsaqib’ artinya yang membakar, dan membakar dirinya sendiri dan yang menembus. Disini menembus kegelapan diwaktu malam, kata yang sama ’tsaqib’, juga dipakai untuk menunjukan bintang-bintang yang berekor.
Ath-Thaariq[86]:1-3
1. demi langit dan yang datang pada malam hari,
2. tahukah kamu Apakah yang datang pada malam hari itu?
3. (yaitu) bintang yang cahayanya menembus,[40]
An-Nuur[24]:35
35. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembu, yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.[41]
Yang dimaksud disini adalah proyeksi cahaya kepada suatu benda yang merefleksikan (kaca) dengan memberinya kilatan mutiara, sebagaimana planet yang disinari matahari, inilah penjelasan dari kata ’Kaukab’ yang berarti planet
f.       Matahari berotasi
Filosof – filosof eropa dan ilmuan pada abad-abad awal percaya bahwa bumi pusat alam semesta dan pelanet-pelanet begitu pula matahari mengelilingi bumi, yang disebut teori geocentrisme, ini dipercaya pada abad 2 sebelum masehi dan dipercaya selama 16 abad lamanya, sampai ditahun 1512 Nicholas Copernicus teori heliocentris dari pergerakan pelanet-pelanet yang menyatakan bahwa bumi dan pelanet-pelanet mengelilingi matahari sebagai pusat. Kemudian tahun 1609 ilmuan jerman Yonannus Keppler menulis dalam bukunya ’Astronomia Nova’ bahwa bukan hanya bumi dan planet berputar mengelilingi matahari tetapi juga berputar pada porosnya.
Al-Anbiya’[21]:33
 dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.[42]
Kata yasbahun berasal dari akar kata sabaha yang berarti pergeseran dari tubuh yang bergerak. Hal itu dinamakan ”berenang” jika terjadi didalam air, dan jika didarat dia berarti berjalan atau berlari. Karena matahari terjadi dialam raya maka kata yang digunakan menggunakan arti aslinya.
Sekarang kita ketahui bahwa matahari membutuhkan waktu 25 hari untuk berputar pada porosnya (ini dapat diketahui karena adanya bintik hitam didalam matahari ), dan selain itu juga matahari bergerak mengelilingi angkasa dengan kecepatan 240 Km per detik yang membutuhkan waktu 200 juta tahun untuk menyelesaikan satu kali putaran revolusi di dalam galaksi kita Milky Way.
Yasin[36]:40
Ÿ tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya[43].
Penemuan modern menyatakan bahwa matahari dan bulan bergerak dengan orbit yang berbeda.Matahari bergerak dalam suatu solar sistem yang dinamakan solar apex, didalam constellasi hercules.
Bulan berputar pada dirinya (rotasi) dalam waktu melakukan edaran disekitar bumi, kira-kira 29 ½ hari untuk menunjukan bentuk aslinya.
B. Geologi
a. Gunung-gunung sebagai pasak
Ahli geologi memberi tahu kita bahwa lapisan kulit terluar bumi keras dan padat, sedangkan lapisan dalamnya panas dan cair sehingga tidak memungkinkan adanya kehidupan didalam bumi. Para ahli memberi tahu kita bahwa radius bumi sekitar 6035 Km, sedangkan lapisan kulit terluarnya hanya berketebalan 2 sampai 35 Km. Karena ia terlalu tipis memungkinkan terjadinya goncangan. Ahli geologi menyatakan hal itu sebagai gejala lipatan. Pegunungan berfungsi sebagai tenda/pasak yang menahan bumi untuk bergeser dan menjadi penstabil bumi.

An-Naba’[78]:6-7
6. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,
7. dan gunung-gunung sebagai pasak?,
kata ’autad’ berarti pasak atau tiang.
Buku yang berjudul “Earth” buku geologi terbaik pada waktu itu yang menjadi buku rujukan dibanyak universitas diseluruh dunia, yang salah satu penulisnya adalah Dr. Frank Press, yaitu Rektor Academi Sience di Amerika yang juga sebagai penasihat mantan Presiden Amerika Jimmy Carter menyatakan bahwa salah satu fungsi gunung adalah untuk menstabilkan bumi.
Bahwa gunung memiliki akar dibawahnya yang jauh lebih besar dari pada bagian yang terlihat diluar, pesis seperti pasak yang menjaga kestabilan bumi. Berdasarkan yang disampaikan Dr Press bahwa gunung mempunyai fungsi yang penting dalam menstabilkan bagian kulit luar bumi yang keras itu.
Al-Qur’an secara jelas menerangkan tentang hal ini dalam surah Al-Anbiya’[21]:31
31. dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.
Pesan yang sama diulangi didalam surah Luqman[31]:10 dan Nahl[16]:15.
13.GUNUNG-GUNUNG BERDIRI TEGAK
Bahwa gunung memiliki akar dibawahnya yang jauh lebih besar dari pada bagian yang terlihat diluar, keadaan ini membuat gunung dapat bediri dengan tegak.
An-Naziat[79]:32
32. dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,
Ghasiyah[88]:19
19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
Dan banyak lagi isyarat-isyarat ilmiyah yang di kemukakan al –Qur’an 14 abad yang lalu, yang dapat di ketahui manusia pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini.[44]
Al-Qur’an mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Ia tidak membatasi aktivitas dan kreativitas akal dalam memikirkan alam semesta, atau menghalanginya dari penemuan ilmu pengetahuan.[45]
Demikianlah kemukjizatan al-Qur’an secara ilmiyah terletak pada dorongannya pada umat islam untuk berfikir di samping membukakan pintu-pintu ilmu pengetahuan dan mengajak memasukinya, maju di dalamnya dan menerima segala ilmupengetahuan baru.[46]








DAFTAR RUJUKAN



Sayyid Muhammad Hussain Tabatthabai, inilah islam terjemahan dari islamic teaching: an Oveview oleh Ahsin Muhammad, pustaka, Hidayah, Jakarta 1992
Musthofa Muslim, Mabahitsh fi i’jaz al- Qur’an, Dar al manarah  jeddah, Saudi arabia, 1998

Dr. H.Ahmad izzan, M.Ag Ulumul Qur'an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Al-Qur'an

A Izzan - 2009 - Ed. Revisi, Bandung: Tafakur
Al-Suyûthî, Jalâluddîn, al-Itqân fî ‘Ulûm al-Qur’ân,Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, cet. III, 1995.
Muhammad Bakar Ismail, Qashash al-Qur'an, Dar al-Manar, kairo, 1998
M. Quraish Shihab Mukjizat al-Qur’an. Mizan, Bandung, 1997
Muhammad Ali Ash-Shabuni. At-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an, Maktabah Al-Ghazali, Damaskus, 1390,
Najlah, Mahmud Ahmad, Lughah Qur’an Fil Juz Amma, Darun Nahdhoh Al-Arabiyyah, Beirut.
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 2002
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987),







[1] Sayyid Muhammad Hussain Tabatthabai, inilah islam terjemahan dari islamic teaching: an Oveview oleh Ahsin Muhammad, pustaka, Hidayah, Jakarta, 1992, h. 62-63
[2] Musthofa Muslim, Mabahitsh fi i’jaz al- Qur’an, Dar al manarah  jeddah, Saudi arabia, 1998, h 22
[3] Ulum al-qur’an telaah tektualitas dan kontektualitas al-qur’an  Drs. H.Ahmad izzan, M.Ag di terbitkan oleh tafakkar h.140
[4] Al-Suyûthî, al-Itqân, jilid 2, hal. 252.
[5] Ibid Musthofa Muslim
[6] Muhammad Bakar Isma’il  Dirast fi ulum al-Qur’an, Dar al-ManarKairo 1991, h395
[7] Al-Suyûthî, al-Itqân, jilid 2, hal. 252.
[8] M. Quraish Shihab Mukjizat al-Qur’an. Mizan, Bandung, 1997 h.23
[9] ibid
[10] Muhammad Ali Ash-Shabuni. At-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an, Maktabah Al-Ghazali, Damaskus, 1390, hal 105
[11] Muhammad ‘Abdullah Darraz, al-Naba’ al-‘Adzim, sebagaimana di kutip oleh Manna’ al-Qottan, op, cit h.267-268
[12] HarimurtiKridalaksana, 1983,h 91, 177 kamus linguistik: Jakarta gramidia
[13]    Najlah, Mahmud Ahmad, 1981, hal 332-334 Lughah Qur’an Fil Juz Amma, Darun Nahdhoh Al-Arabiyyah, Beirut.

[14] Quraish Shihab, dkk, Sejarah dan ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Cet. IV; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008),  h. 124.
[15]Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 2002 h. 334.
[16] Umar Anngara  yang memaparkan teori keragaman etnis ini adalah seorang staf pengajar di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yang melakukan rekonstruksi asal historis keragaman etnis umat manusia, yang dia tulis dalam sebuah makalah berjudul “Kisah Sejarah Purba dalam al-Qur’an”, dalam Mukjizat al-Qur’an dan al-Sunnah tentang Iptek (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 68. 
[17] ibid
[18]Lihat misalnya: QS. al-H{ajj/22: 42; al-Syu‘ara>/26: 123, 141; al-Qamar/54: 18, 23; al-H{a>qqah/69: 4; al-Syams/91: 11, dan ayat-ayat lainnya.
[19] Departemen Agama, op. cit., h. 967.
[20] Ibid., h. 1057.
[21] Quraish Shihab, Mukjizat..., op. cit., h. 198.
[22] ibid
[23] Quraish Shihab, dkk, Sejarah..., op. cit., h. 216.
[24]Departemen Agama, op. cit., h. 320.
[25] Quraish Shihab, Mukjizat..., op,cit., h. 201.
[26] Departemen Agama, op. cit., h. 882.
[27] A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987), h. 195.

[28]Departemen Agama, op. cit., h. 641-642.
[29] Al-Zarqa>ni>, op. cit., h. 369.
[30] Quraish Shihab, Mukjizat..., op. cit., h. 213-214.
[31] Pengantar kajian Al-Qur’an Pustaka Al husna Baru h. 85
[32] Al- Qur’an dan terjamahnya h. 499
[33] Al- Qur’an dan terjamahnya op. cit., h. 774
[34] Al- Qur’an dan terjamahnya op. cit., h. 657
[35] Al- Qur’an dan terjamahnya op. cit., h. 765
[36] Al- Qur’an dan terjamahnya op. cit., h. 1021
[37] Al- Qur’an dan terjamahnya op. cit., h. 568
[38] Al- Qur’an dan terjamahnya op. cit., h. 979
[39] Al- Qur’an dan terjamahnya op. cit., h. 306
[40] Al- Qur’an dan terjamahnya op. cit., h. 1048
[41] Al- Qur’an dan terjamahnya op. cit., h. 350
[42] Al- Qur’an dan terjamahnya op. cit., h. 499
[43] Al- Qur’an dan terjamahnya op. cit., h. 710
[44]  Pengantar kajian Al-Qur’an Pustaka Al husna Baru h. 86
[45]  ibid
[46] ibid