A. Pendahuluan
Manusia seperti halnya
makhluk yang lain, berada dalam pemeliharaan Allah sejak kelahiran hingga
kematiannya, setiap makhluk di bimbing oleh suatu sistem khusus menuju suatu
tujuan yang telah di tentukan dan memperoleh perhatian penuh kasih sayang yang
di butuhkan setiap saat
Semua perbuatan buruk yang
terjadi dalam masyarakat manuasia ternyata bersumber dari manusianya sendiri
yang mempunyai akal dan kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk.
Akibat egoisme, kerakusan, dan hawa nafsu, akhirnya mereka tersesat. Oleh
karena itu Allah mesti menyeru dan membimbing manusia menuju kebahagiaan dengan
cara lain, yang tidak bisa di kalahkan oleh hawa nafsu dan yang tak pernah
keliru dalam memberi petunjuk. Allah mengajarkan perintah-perintah-Nya kepada
hamba-hamba pillihan melalui wahyu, dan menugaskan meerka untuk menindak lanjuti perintah-perintah itu kepada
umat manusia, mengajak mereka untuk mengikuti dengan mengembankan rasa takut,
dorongan dan ancaman
Misi para Nabi atau rasul terdahulu terbatas pada daerah tertentu dan waktu
tertentu , mukjizat-mukjizat mereka bersifat temporal, lokal dan material. Berdasarkan kisah-kisah yang di angkat al- Qur’an, as-Suyutthi membagi
mukjizat para nabi dan rosul pada dua kelompok besar : mukjizat hissiyah
( sesuatu yang dapat di tanggkap pancaindera), dan ‘aqliyah (sesuatu
yang hanya dapat di tangkap nalar manusia). Mukjizat hissiyah di
perkenalkan oleh nabi yang berhadapan dengan umat terdahulu, seperti Nabi Musa dengan
tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular, karena tingkat kemampuan akalnya yang rendah serta minimnya kekuatan
pandangan nalar Bani Israil pada waktu Musâ diutus kepada mereka untuk membungkam para penyihir yang di anggap ilmu pamungkas dan menjadi
kebanggaannya, Nabi Isa diantaranya di karuniai mukjizat dapat menyembuhkan
orang buta sejak lahir dan penyakit sopak, serta dapat menghidupkan kembali
orang yang sudah meninggal dengan izin Allah. Mukjizat-mukjizat itu hanya dapat diperlihatkan kepada umat tertentu dan
masa tertentu berbeda dengan para nabi dan rasul terdahulu, Muhammad diutus untuk
seluruh umat manusia, di mana dan kapanpun hingga akhir zaman. Karena itu
mukjizat beliau bersifat ‘aqliyyah
karena mereka mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dan kemampuan kognisi
yang sempurna. tantangan terhadap daya nalar tidak
bersifat lokal, temporal dan material, tetapi bersifat universal, kekal dan
dapat dipikirkan dan dibuktikan kebenarannya oleh akal manusia.
B. Pengertian Mukjizat
Kata mukjizat diambil dari bahsa arab a’jaza yu’jizu i’jaz
yang berati melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan)
dinamai mukjiz dan pihak yang mampu melemahkan pihak lain sehingga mampu
membungkam lawan, maka ia dinamakan mukjizat. Tambahan ta’ marbuthoh pada
akhir kata itu mengandung makna mubalaghoh (superlatif).
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai suatu
hal yang luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku sebagai nabi,
sebagai bukti kenabiannya yang di tentangkan kepada yang ragu, untuk melakukan
atau mendatangkan hal serupa namun meraka tidak mampu melayani tantangan itu.
Beberapa aspek kemukjizatan
al-Qur’an sampai saat ini tidak ada kesepakatan ulama dalam menetapkan
aspek-aspek kemukjizatan al-Qur’an. Namun demikian, di antara aspek-aspek yang
di temukan dan kemukjizatan al-Qur’an dapat diklasifikasikan ke dalam tiga hal,
yaitu aspek kebahasaan, berita ghoib, dan isyarat ilmiah
1.
Aspek Kebahasaan
Gaya
bahasa yang digunakan Al-Quran berbeda dengan gaya bahasa yang digunakan oleh
orang-orang Arab, gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu kagum
dan terpesona. Walaupun Al-Quran menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
pengantarnya, namun kalimat demi kalimat mengandung unsur sastra yang sangat
baik, namun tetap mudah dipahami tanpa mengurangi sedikitpun kandungan misteri
di dalamnya. Hal tersebut karena keistimewaan aspek gaya bahasa yang digunakan
oleh Al-Quran.
Bahkan, Umar bin Khaththab pun
yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan
bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk islam dan beriman
pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur’an.
Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun.
Menurut Muhammad ‘Abdullah Darraz, jika di perhatikan secara seksama dalam
al-Qur’an banyak terdapat rahasia kemukjizatannya dari segi bahasa. Hal itu
terlihat dari keteraturan bunyinya yang indah melalui nada-nada hurufnya, pada
dasarnya, bunyi-bunyi bahasa terbagi menjadi dua jenis: konsonan dan vokal.
Konsonan adalah bunyi bahasa yang di hasilkan dengan menghambat aliran udara di
salah satu tempat dalam saluran suara di atas glottis (misalnya: b, c dan d).
Vokal adalah bunyi bahasayang dihasilkan dengan getaran pita suara, dan tanpa
penyempitan dalam saluran suara di atas glottis (misalnya: a, i, u, e, o)
dalam literatur Arab konsonan (showamit) terbagi tujuh bagian.
a. Plosif (showamit infijaryah), yaitu bunyi bahsa yang di haasilkan dengan
penutupan pita suara yang di belakangnya udara terkumpul kelompok ini adalah ba,
ta, tho, , dhod, kaf, dan qof,
b. Nasal (showamit anfiyah), yaitu bunyi suara yang di hasilkan dengan mengeluarkan udara melalui
hidung. Huruf-huruf yang termasuk kelompok ini adalah mim dan wau .
c. Lateral (showamit munharifah) yaitu bunyi bahasa yang di hasilkan dengan penutupan sebagian lidah. Huruf
yang masuk kelompok ini adalah lam
d. Getar (showamit muharroroh), yaitu bunyi bahasa yang di hasilkan dengan arti kulator yang brgetar secara
cepat. Huruf yang termasuk dalam kelompok ini adalah ro
e. Frikatif (showamit ihtikakiyah), yaitu bunyi bahasa yang di hasilkan dengan penyempitan tempat keluar udara sehingga
terjadi pergeseran . huruf-huruf yang masuk kelompok ini adalah fa, tsa,
sin, shod, zay, ghin, dan ‘ain.
f. Plosive frikatif (showamit
infijariyyahifitikakiyah), yaitu bunyi bahasa yang di hasilkan dengan
prosesperpaduan antara plosif dan frikatif . huruf yang masuk
kelompok ini adalah jim.
g. Semivokal ( asybah as-shouwt), yaitu bunyi bahasa yang memiliki ciri vokalmaupun konsonan, mempunyai
sedikit geseran, dan tidak munculsebagi inti sukukata. Huruf-huruf yang
termasuk kelompok ini adalah wau dan ya’
2.
Aspek Berita Ghaib
a.
Berita gaib masa lampau
Salah satu kekuatan al-Qur’an yang sekaligus menjadi mukjizatnya
adalah pemaparan kisah-kisah lama yang sudah tidak hidup lagi dalam
cerita-cerita Arab saat itu, dan tidak mungkin akan ditemukan secara
keseluruhan dalam kajian-kajian kesejarahan.
Informasi
al-Qur’an tentang kejadian masa lampau cukup banyak, yang semuanya akan
menunjukkan betapa mustahilnya ilmu tersebut berasal dari diri Muhammad
sendiri. Dan berikut ini beberapa contoh dari kisah-kisah tersebut:
1.
Kisah Nabi Nuh as.
Keterangan ini
ditegaskan dalam QS. Hu>d/11: 49.
تِلْكَ مِنْ
أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلَا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ ...
Terjemahnya:
Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang gaib yang
Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), tidak pernah kamu mengetahuinya, dan tidak
pula kaummu sebelum ini.
Ayat ini
diturunkan dalam konteks pemberitaan kisah Nabi Nuh dan para pengikutnya yang
menyelamatkan diri dari musibah banjir besar sebagai cobaan bagi para penantang
dakwahnya. Al-Qur’an juga mengisahkan nabi-nabi lain, seperti Nabi Ibrahim,
Ismail, Luth, Ya‘qub, Musa, Harun, dan nabi lainnya, yang semuanya sulit
diketahui umat manusia tanpa wahyu.
Rangkaian-rangkaian
kisah dalam al-Qur’an diungkapkan untuk menguraikan ajaran-ajaran keagamaan,
sekaligus menjadi pelajaran-pelajaran bagi umat dalam banyak hal. Penelitian
antropologi misalnya sangat terbantu oleh narasi kisah Nabi Nuh. Umar Anggara
menyimpulkan bahwa berdasarkan tradisi-tradisi kisah Yahudi dan diperkuat hadis
Nabi, keragaman etnis umat manusia di dunia bermula dari keturunan Nabi Nuh
yang memiliki empat orang anak, yaitu Sam, Ham, Yafat dan Kan‘an. Kan‘an
merupakan salah satu anaknya yang menentang kenabian ayahnya sehingga terazab
banjir besar. Namun dia mempunyai keturunan yang selamat. Sam, anak
pertama Nabi Nuh, melahirkan keturunan yang kemudian menjadi bangsa Arab dan
Persia. Ham adalah nenek moyang orang Afrika. Yafat adalah asal bangsa Arya
yang kemudian melahirkan bangsa Eropa dan Asia Tengah. Sedang Kan’an melahirkan
bangsa Phinisia, namun dibasmi dan diserap oleh Israil. Sebab itulah,
bangsa-bangsa Timur Tengah sering disebut bangsa Samit atau Semit, bangsa
Afrika biasa disebutHamit. Sedang Eropa banyak yang membangsakan dirinya
sebagai bangsa Arya. Inilah rekonstruksi yang didasarkan pada kisah-kisah dalam
tradisi Yahudi dan Sunnah Nabi.
2.
Kaum
‘A<d dan S|amu>d serta kehancuran kota Iram
Kaum ‘Ad dan S|amud yang kepada mereka diutus Nabi
Shaleh dan Nabi Hud, cukup banyak dibicarakan oleh al-Qur’an. Ungkapan
al-Qur’an tentang kedua kaum ini adalah berkisar pada segi kemampuan dan
kekuatan mereka, maupun kedurhakaan, kesesatan dan pembangkangan mereka kepada
Allah swt. dan utusan-Nya. Al-Qur’an
juga menceritakan bagaimana pada akhirnya kedua kaum tersebut dihancurkan oleh
Allah dengan gempa bumi dan angit ribut yang sangat dingin lagi kencang. Hal
ini sebagaimana dilukiskan oleh QS. al-H{a>qqah/69: 4-7. sebagai berikut:
كَذَّبَتْ
ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ . فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ .
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ . سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ
أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ
خَاوِيَةٍ .
Terjemahnya:
Kaum ‘Ad
dan S|amud telah mendustakan hari kiamat. Adapun S|amud, mereka
telah dibinasakan dengan kejadian luar biasa (petir dan suaranya yang
menghancurkan), sedangkan kaum Ad telah dibinasakan dengan angin yang
sangat dingin lagi kencang. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama
tujuh malam dan delapan hari secara terus menerus, maka kamu lihat kaum Ad ketika
itu, mati bergelimpangan bagaikan tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong
(lapuk).
Adapun
peradaban kota Iram yang diungkap al-Qur’an termasuk peradaban yang sangat
sukar dibuktikan dengan penelitian sejarah, karena pelacakan data, kecuali melalui
penelitian-penelitian arkeologis yang sangat mahal. Kota Iram yang diungkapkan
oleh QS. al-Fajr/89: 6-8:
أَلَمْ تَرَ
كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ . إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ . الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي
الْبِلَادِ.
Terjemahnya:
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu
berbuat terhadap kaum ‘Ad. (Yaitu) penduduk kota Iram yang memiliki
bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti
itu di negeri-negeri lain.
Ada yang
meragukan informasi al-Qur’an ini. Tetapi sedikit demi sedikit bukti-bukti
kebenarannya terungkap. Pertama kali ketika informasi al-Qur’an da
riwayat-riwayat yang diterima diverifikasi dengan hasil-hasil penelitian
arkeologi. Pada tahap ini yang ditemukan adalah adanya bukti-bukti arkeologi
tentang terjadinya gempa dan angin ribut, seperti yang diuraikan oleh
al-Qur’an. Masa itu diperkirakan merupakan masa hidupnya kaum-kaum yang
dihancurkan Tuhan, serta di tempat yang diisyaratkan oleh kitab-kitab suci,
seperti Lembah Yordania, Pantai Laut Merah, serta Arab Selatan.
Tentu saja
penjelasan ini belum memuaskan semua pihak. Tetapi dari hari ke hari bukti
semakin jelas dan kini tidak ada alasan lagi untuk menolak informasi al-Qur’an.
Bahwa pada tahun 1834 ditemukan—di dalam tanah yang berlokasi di Hisn al-Gurab
dekata kota Aden di Yaman—sebuah naskah bertuliskan aksara Arab lama (Hymarite)
yang menunjukkan nama Nabi Hud. Dalam naskah itu antara lain tertulis, “Kami
memerintah dengan menggunakan hukum Hud”. Selanjutnya pada tahun 1964-1969
dilakukan penggalian arkeologis, dan dari hasil analisis pada tahun 1980
ditemukan informasi dari salah satu lempeng tentang adanya kota yang disebut
“Shamutu, ‘A<d, dan Iram”. Prof. Pettinato mengidentifikasikan nama-nama
tersebut dengan nama-nama yang disebut pada surah al-Fajr di atas.
Melalui
penelitian yang sangat mahal, kota Iram yan disebutkan al-Qur’an itu dapat
ditemukan kembali pada Februari 1992 di sebuah gurun di Arabia Selatan, pada
kedalaman 183 meter di bawah permukaan pasir. Kota tersebut menurut Umar
Anggara ditemukan Tim Peneliti yang dipimpin Nichilas Clapp dari California
Institute of Technology Jet Propulsion (CIT-JTL). Dia mengawali penelitiannya
dengan menyimak legenda-legenda Arab tentang kota tua Ubhar. Dengan bantuan
pesawat ulang-alik Challenger yang memiliki sistem Satellit Imaging Radar
(SIR), dan satelit Prancis dengan sistem penginderaan optik, Clapp mampu
mendeteksi permukaan bawah gurun di Arabia Selatan. Pada kedalaman 183 meter
dia menemukan keajaiban besar, sebuah bangunan segi delapan, dengan dinding-dinding
dan menara yang mencapai ketinggian 9 meter. Diperkirakan, gedung tersebut
mampu menampung sebanyak 150 orang. Di samping itu, dia juga menemukan
situs perjalanan kafilah beratus-ratus
kilometer. Dengan demikian, dia menyimpulkan, bahwa bangunan tua tersebut
merupakan bagian dari kota Iram, pusat kegiatan dakwah Nabi Hud, cucu Nabi Nuh,
dan merupakan peninggalan historis dari kaum ‘A<d, yang tetap hidup dalam
legenda Arab berupa legenda kora Ubhar. Kini bangsa Arab sendiri meyakini bahwa
Ubhar dan Iram adalah dua nama untuk subjek yang sama.
3.Tenggelam dan selamatnya Jasad Fir‘aun Ditemukan sekitar 30 kali
Allah swt. menguraikan kisah Musa dan Fir‘aun dalam al-Qur’an, yaitu kisah yang
tidak diketahui masyarakat ketika itu kecuali melalui kitab Perjanjian Lama.
Akan tetapi menjadi suatu hal yang menakjubkan bahwa Nabi saw.—melalui
al-Qur’an—telah mengungkap suatu rincian yang sama sekali tidak diungkap oleh
satu kitab pun sebelumnya, bahkan tidak diketahui kecuali yang hidup pada masa
terjadinya peristiwa tersebut, yaitu pada abad XII SM.
Dalam
al-Qur’an, kisah Fir‘aun misalya diungkapkan oleh QS. Yu>nus/10: 90-92:
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ
فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ
آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو
إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ . آلْآنَ وَقَدْ
عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ . فَالْيَوْمَ
نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ
النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ.
Terjemahnya:
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut. Mereka pun
diikuti Fir‘aun dan tentaranya, karena mereka hendak menganiaya dan menindas
(Bani Israil). Ketika Fir‘aun telah hampir tenggelam berkatalah ia, “Saya
percaya bahwa tiada tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan
saya termasuk orang-orang yang berserah diri”. (Allah menyambut ucapan Fir‘aun
ini dengan berfirman), “Apakah sekarang (baru kamu percaya) padahal
sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang
berbuat kerusakan. Hari ini kami selamatkan badanmu, supaya kamu menjadi
pelajaran bagi (generasi) yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan
manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.
Konteks
pembicaraan mukjizat dalam ayat di atas, yaitu “hari ini Kami selamatkan
badanmu, agar engkau menjadi pelajaran bagi generasi sesudahmu”. Tentang
tenggelamnya Fir‘aun di Laut Merah ketika mengejar Musa dan kaumnya, sudah
diketahui. Tetapi menyangkut keselamatan badannya dan menjadi pelajaran bagi
generasi sesudahnya merupakan satu hal yang tidak diketahui siapa pun pada masa
Nabi Muhammad saw. bahkan tidak disinggung oleh Perjanjian Lama.
b. Berita gaib
masa datang
Di samping
menyangkut peristiwa-peristiwa silam lewat kisah-kisah, al-Qur’an juga
mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang aka terjadi, baik di dunia, maupun di
akhirat nanti. Peristiwa-peristiwa yang digambarkan al-Qur’an akan terjadi, dan
beberapa telah terbukti dalam sejarah. Berikut ini beberapa contohnya:
1. Kemenangan
umat Islam atas Quraisy Informasi akan datangnya kemenangan umat Islam atas
kaum Quraisy digambarkan oleh QS. al-Qamar/54: 45:
سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ
Terjemahnya:
“Golongan itu
pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang” Melalui
ayat ini, Allah menginformasikan kepada Muhammad saw. bahwa kaum musyrikin
Quraisy akan dapat ia kalahkan. Ayat ini diturunkan pada masa Rasulullah saw.
masih tinggal di kota Mekkah. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 8
Hijriah mereka dikalahkan secara total dalam peristiwa Fath Makkah.
2. Kemenangan
Romawi setelah kekalahannya dan kemenangan umat Islam Informasi terkait
kemenangan bangsa Romawi dan sekaligus kemenangan umat Islam, dinyatakan oleh
QS. al-Ru>m/30: 1-5:
الم . غُلِبَتِ الرُّومُ . فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ
سَيَغْلِبُونَ . فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ
قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ . بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ
الرَّحِيمُ.
Terjemahnya:
“Alif La>m Mi>m. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di
negeri yang terdekat, dan mereka setelah dikalahkan itu akan menang. Dalam
beberapa tahun (antara tiga sampai 9 tahun). Bagi Allah ketetapan urusan sebelum dan sesudah (mereka menang), dan
di hari (kemenangan) itu orang-orang mukmin bergembira, karena pertolongan
Allah. Allah menolong siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia Maha Perkasa, lagi
Maha Penyayang.
Dalam kaitan
ayat ini, al-Zarqani menjelaskan bahwa pada tahun 614 M.—kurang lebih tiga
tahun setelah kerasulan Muhammad—kerajaan Romawi Timur dikalahkan kerajaan
Persia dalam pertempuran besar, yang populer sebagai peperangan T}ahi>hah.
Kekalahan tersebut merupakan salah satu tragedi besar bagi kehidupan umat
beragama, karena bangsa Romawi adalah penganut agama Samawi penerus ajaran Musa
dan Isa, sedangkan bangsa Persia adalah penganut Majusi. Sebab itu, dalam
menanggapi kekalahan ini, orang-orang Quraisy mencemooh kegiatan dakwah
Muhammad, bahwa para penganut agama Samawi telah terkalahkan oleh penganut
Majusi. Kini Muhammad, dengan kitab yang dibawanya, hendak mengalahkan orang
Quraisy. Bagaimana mungkin keinginan tersebut bisa terwujud, yang akan terjadi
justru orang-orang Quraisy akan mengalahkan mereka, sebagaimana penganut Majusi
mengalahkan mereka.
Kekecewaan
umat Muslim akibat kekalahan tersebut yang diperparah dengan ejekan, menjadi
latar diturunkannya ayat-ayat tersebut di atas untuk mengobati kekecewaan umat
Muslim. Ayat-ayat tersebut pada dasarnya hendak menghibur umat Muslim dengan
dua hal. Pertama, Romawi akan menang atas Persia pada tenggang waktu
yang diistilahkan al-Qur’an dengan بضع سنين yang
diterjemahkan dengan “beberapa tahun”. Kedua, saat kemenangan itu tiba,
kaum Muslim akan bergembira, bukan saja dengan kemenangan Romawi, tetapi juga
dengan kemenangan yang dianugerahkan Allah kepada mereka. Lantas benarkah
informasi tersebut?
Sebelumnya, perlu dijelaskan bahwa kata بضع dalam
kamus-kamus bahasa Arab, berarti “angka antara tiga dan sembilan”. Ini berati
al-Qur’an menegaskan bahwa akan terjadi lagi peperangan antara bangsa Romawi
dan Persia dan dalam tempo tersebut Romawi akan memenangkan peperangan. Terkait
hal ini, perlu diingat bahwa informasi ini disampaikan pada saat kekalahan
sedang menimpa romawi. Sehingga menetapkan angka pasti bagi kemenangan suatu
kaum pada saat kekalahannya adalah suatu yang sangat tidak mungkin disampaikan
kecuali oleh yang Maha Mengetahui. Karena ternyata bahwa informasi tersebut
akhirnya terbukti kebenarannya. Informasi historis menyatakan bahwa tujuh tahun
setelah kekalahan Romawi—tepatnya pada tahun 622 M.—terjadi lagi peperangan
antara kedua adikuasa tersebut, dan kali ini pemenangnya adalah Romawi.
3. Aspek
Isyarat Ilmiyah
Aspek lain dari kemukjizatan al-Qur’an adalah banyaknya iayarat
ilmiyah yang di kemukakan di dalamnya yang kesemuanya belum di ketahui manusia
kecuali pada abad-abad bahkn tahun-tahun terakhir ini. Nabi Muhammad yang ummi
tentu saja tidak akan mengetahuinya jika tidak di beri wahyu oleh Allah yang
Maha Mengetahui.
Isyarat-isyarat ilmiyah itu dapat di lihat dalam beberapa bidang
ilmu pengetahuan misalnya;
A.
Astronomi
a.
Penciptaan
Alam ”teori big bang ”
Berdasarkan teori big bang alam semesta tercipta dari
kumpulan gas yang disebut ‘primary nebula’ kemudian terpecah dan menjadi
bintang-bintang,planet-planet, matahari,bulan dll Al-Anbiyaa’[21]:30
’dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?’
‘ratq’ berarti perpaduan beberapa unsur untuk
dijadikan suatu kumpulan yang homogen. ‘fatq’ berarti memisahkan.
b. Lapisan gas sebelum penciptaan galaksi
Ilmuan setuju bahwa sebelum galaksi dialam terbentuk
terdapat materi-materi gas atau ’stratum (lapisan) gas’ kemudian
mengalami tahap pengerasan yang menjadi galaksi-galaksi di alam.
Kumpulan materi-materi gas yang sebelum mengalami tahap
pengerasan itu lebih tepat disebut’asap’.
Fushshilat [41]:11
kemudian Dia
menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka
hati’
”Dukhan” itu berarti asap
c. Bentuk bulat bumi bulat telor (geospherical)
Pada abad-abad awal orang beranggapan bahwa bumi datar,
sehingga orang takut berjalan terlalu jauh terjatuh kejurang yang dalam.
Kemudian ’Sir Francis Drake’ pada tahun 1597 yang menyatakan bumi berbentuk
Geospherical (bulat telur) ketika dia menjelajahinya. Luqman[31]:29
”tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah
memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia
tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang
ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Az-Zumar[39]:5
’Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang
benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.’
‘Kawwara’ berarti menggulung. Dahulu kata ’Kawara’digunakan
dalam arti menggulung serban dikepala.
Seandainya bumi datar tidak mungkin terjadi penggulungan(yukawwir)
malam terhadap siang atau sebaliknya secara perlahan, perubahannya akan terjadi
secara mendadak.
’dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.(dahaha)’
‘dahaaha’ berakar dari kata ‘huya’ yang
menunjuk pada arti telur, tapi bukan sembarang telur, yaitu telur burung unta.
d. Sinar Bulan pantulan dan sinar matahari dari dirinya
Sinar Bulan adalah pantulan sedangkan sinar Matahari
bersumber dari dirinya sendiri. Pada abad-abad peradaban awal bulan dipercayai
memiliki sinar dari dirinya sendiri. Sekarang ilmu pengetahuan menyatakan sinar
bulan bukan dari dirinya sendiri tapi pantulan sinar matahari.
Al-Furqaan[25]:61
’Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan
bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.’
Nuh[71]:15
16. dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya
dan menjadikan matahari sebagai pelita?
Yunus[10]:5
5. Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
Ayat-ayat diatas menunjukan bahwa kata ’qamar’
yang berarti bulan ditunjuk dengan nur yang berarti sinar pantulan
dan munir yang berarti meminjam cahaya, sedangkan syams yang
berarti matahari dengan siraj yang berarti obor / pelita,wahhaj
yang berarti lampu yang sangat kuat, dan diya berarti cahaya’.
Tidak ada satu ayat pun didalam Al-Qur’an yang mensifati bulan dengan diya’
atau siraj atau matahari dengan nur.
e. Bintang-bintang (’Nujum’) & planet-planet (’Kawakib’)
Bintang bahasa arabnya ’Najm’ yang disebut dalam
Al-Qur’an sebanyak 13 kali, kata jamaknya ’Nujum’ akar kata yang berarti
nampak. Bintang pada waktu malam diberi sifat oleh Qur’an dengan kata ’tsaqib’
artinya yang membakar, dan membakar dirinya sendiri dan yang menembus. Disini
menembus kegelapan diwaktu malam, kata yang sama ’tsaqib’, juga dipakai
untuk menunjukan bintang-bintang yang berekor.
Ath-Thaariq[86]:1-3
1. demi langit dan yang datang pada malam hari,
2. tahukah kamu Apakah yang datang pada malam hari itu?
3. (yaitu) bintang yang cahayanya menembus,
An-Nuur[24]:35
35. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembu, yang di
dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari
pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja)
Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki,
dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.
Yang dimaksud disini adalah proyeksi cahaya kepada suatu
benda yang merefleksikan (kaca) dengan memberinya kilatan mutiara, sebagaimana
planet yang disinari matahari, inilah penjelasan dari kata ’Kaukab’ yang
berarti planet
f. Matahari berotasi
Filosof – filosof eropa dan
ilmuan pada abad-abad awal percaya bahwa bumi pusat alam semesta dan
pelanet-pelanet begitu pula matahari mengelilingi bumi, yang disebut teori
geocentrisme, ini dipercaya pada abad 2 sebelum masehi dan dipercaya selama 16
abad lamanya, sampai ditahun 1512 Nicholas Copernicus teori heliocentris dari
pergerakan pelanet-pelanet yang menyatakan bahwa bumi dan pelanet-pelanet
mengelilingi matahari sebagai pusat. Kemudian tahun 1609 ilmuan jerman Yonannus
Keppler menulis dalam bukunya ’Astronomia Nova’ bahwa bukan hanya bumi
dan planet berputar mengelilingi matahari tetapi juga berputar pada porosnya.
Al-Anbiya’[21]:33
dan Dialah yang
telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari
keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
Kata yasbahun berasal dari akar kata sabaha
yang berarti pergeseran dari tubuh yang bergerak. Hal itu dinamakan ”berenang”
jika terjadi didalam air, dan jika didarat dia berarti berjalan atau berlari.
Karena matahari terjadi dialam raya maka kata yang digunakan menggunakan arti
aslinya.
Sekarang kita ketahui bahwa matahari membutuhkan waktu 25
hari untuk berputar pada porosnya (ini dapat diketahui karena adanya bintik
hitam didalam matahari ), dan selain itu juga matahari bergerak mengelilingi
angkasa dengan kecepatan 240 Km per detik yang membutuhkan waktu 200 juta tahun
untuk menyelesaikan satu kali putaran revolusi di dalam galaksi kita Milky Way.
Yasin[36]:40
tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis
edarnya.
Penemuan modern menyatakan bahwa matahari dan bulan
bergerak dengan orbit yang berbeda.Matahari bergerak dalam suatu solar sistem
yang dinamakan solar apex, didalam constellasi hercules.
Bulan berputar pada dirinya (rotasi) dalam waktu
melakukan edaran disekitar bumi, kira-kira 29 ½ hari untuk menunjukan bentuk
aslinya.
B. Geologi
a. Gunung-gunung sebagai pasak
Ahli geologi
memberi tahu kita bahwa lapisan kulit terluar bumi keras dan padat, sedangkan
lapisan dalamnya panas dan cair sehingga tidak memungkinkan adanya kehidupan
didalam bumi. Para ahli memberi tahu kita bahwa radius bumi sekitar 6035 Km,
sedangkan lapisan kulit terluarnya hanya berketebalan 2 sampai 35 Km. Karena ia
terlalu tipis memungkinkan terjadinya goncangan. Ahli geologi menyatakan hal
itu sebagai gejala lipatan. Pegunungan berfungsi sebagai tenda/pasak yang
menahan bumi untuk bergeser dan menjadi penstabil bumi.
An-Naba’[78]:6-7
6. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai
hamparan?,
7. dan gunung-gunung sebagai pasak?,
kata ’autad’ berarti pasak atau tiang.
Buku yang berjudul “Earth” buku geologi terbaik pada
waktu itu yang menjadi buku rujukan dibanyak universitas diseluruh dunia, yang
salah satu penulisnya adalah Dr. Frank Press, yaitu Rektor Academi Sience di
Amerika yang juga sebagai penasihat mantan Presiden Amerika Jimmy Carter
menyatakan bahwa salah satu fungsi gunung adalah untuk menstabilkan bumi.
Bahwa gunung memiliki akar dibawahnya yang jauh lebih
besar dari pada bagian yang terlihat diluar, pesis seperti pasak yang menjaga
kestabilan bumi. Berdasarkan yang disampaikan Dr Press bahwa gunung mempunyai
fungsi yang penting dalam menstabilkan bagian kulit luar bumi yang keras itu.
Al-Qur’an secara jelas menerangkan tentang hal ini dalam
surah Al-Anbiya’[21]:31
31. dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang
kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan
(pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.
Pesan yang sama diulangi didalam surah Luqman[31]:10 dan
Nahl[16]:15.
13.GUNUNG-GUNUNG BERDIRI TEGAK
Bahwa gunung memiliki akar dibawahnya yang jauh lebih
besar dari pada bagian yang terlihat diluar, keadaan ini membuat gunung dapat
bediri dengan tegak.
An-Naziat[79]:32
32. dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,
Ghasiyah[88]:19
19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
Dan banyak
lagi isyarat-isyarat ilmiyah yang di kemukakan al –Qur’an 14 abad yang lalu,
yang dapat di ketahui manusia pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini.
Al-Qur’an
mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Ia tidak membatasi
aktivitas dan kreativitas akal dalam memikirkan alam semesta, atau
menghalanginya dari penemuan ilmu pengetahuan.
Demikianlah
kemukjizatan al-Qur’an secara ilmiyah terletak pada dorongannya pada umat islam
untuk berfikir di samping membukakan pintu-pintu ilmu pengetahuan dan mengajak
memasukinya, maju di dalamnya dan menerima segala ilmupengetahuan baru.